Tuesday, November 20, 2012


Oleh : Lionel Perez
Mengkaji Korelasi Antara Kemiskinan dan Kerusakan Ekologi di SUMBA BARAT DAYA.
Cuaca yang tdk beraturan lagi mneyebabkan terjadinya kemarau panjang, kekeringan dan curah hujan tidak lagi menentu. Di dataran rendah sperti loura dan sebgian dataran Kodi musim tanam yg sehrusnya dimulai dari bulan september dan dataran tinggi(pegunungan) seperti wejewa dan jg sebagian wilayah kodi dimulai bulan Juni, sekarang justru bergeser jauh kebulan dimana seharusnya para petani sudah mulai bakar jagung mudah dan petik jagung tua. Loura dan sebagian wilaya kodi menanam dibulan desember atau bhkan smpai akhir januari sedangkan Wejewa dan sebgia wilayah kodi di bulan september. Kalaupun sudah tanam padi atau jagung , Akibat dari curah hujan yg tak lagi menentu itu petani yg suda tanam smpai tanamanya uda tumbuh dan berbuah, kadang hujan ga turun lagi smpai beberapa minggu bhkan smpai sebulan. Sehigga berdampak pada layau & matinya tanaman dari para petani yang kemudian juga berdampak pada sangat minimnya hasil panaen atau bhkan ga dapat hasil apa2.Hal ini jelas menimbulkan bencana kelaparan dmana2 sehingga merambat pada mnculnya kasus pencurian dan perampokan.
Dari kasus diatas mmemnculkan pertanyaannya2. Ada apa dengan alam???
Ini salah siapa??? Lalu apa yg kita harus lakukan untuk mangatasi masalah ini??

          Slama ini kita bnyak mmbicarakan indikator pnyebaba kemisikinan di SBD dari sudut kasusu Pencurian, Judi, budaya yang memiskinkan, dan lai sebagainya. semua Indikator dan solusi yg kita gali untuk mengatasi maslah itu tidak salah namun pada kesmpatan ini saya ingin mengajak sodara-sodri se SBD untuk melihat indikator penyebab kmsikinan dari fakta lain yg tentunya erat kaitanya dengan fakta kemiskinan..
          Sesuai dengan paparan saya di awal  mengenai mengenai cuaca yg tidak lagi beraturan sprti kemarau panjang, curah hujan yg sangat rendah, kbencana kekeringan yg tidak terelakkan, Saya berhipotesis bhwa kemiskinan di SBD memiliki korelasi yg sngat erat dengan kerusakan ekologi (kerusakan alam/hutan). Perusakan lingkungan alam menyebabkan masyarakat semakin miskin karena rusaknya sumber daya potensial.
          Benar sekali yamg orang tua dulu bilang bhwa Hutan adalah LEDE URA ( bhsa wejewa; LEDE=jembatan, URA=hujan). Artinya bhwa bhwa hutan dipercaya sebgai jembatan perantara datangnya Hujan dan itu sejalan dengan konsep keilmuan ilmiah. Oleh karna itu sangat dibutuhkan hutan yg lebat dan luas agar menjamin datangnya hujan.
          Pertanyaan selanjutnya adalah ”emang kita di SBD hutanya uda ga ada ya??, Tentunya jawabanya sudah ada pada kita semua. Lihat aja daerah2 yg dulunya dipenuhi hutan lebat sprti didaerah skitar
1.     Wejewa (watu kanggoroka,Marokota,wasu kaka, wekombak),
2.     Loura (Manga Aba, Karuni, hutan kasambi Jaka Baba),
3.     Kodi (Roko Raka, daerah skitar Blagar)
          Maaf  saya hanya menyebutkan kwasan hutan yg dulunya saya tau sebagai lokasi hutan lebat namun sekarang sudah mulai rusak dan tergunduli. Saya ga tau ini terjadi apa krna tidak maksimalnya kinerja dinas kehutanan dalam menjaga kawasan hutan lindung atau apa?? Namun terlepas dari lemah atau tidaknya kinerja instansi terkait, kita sebagai masyrakat tentunya peran strategis dalam mendukung kegiatan rehabilitasi hutan dan lahan.
Akhir kata,,saya menyimpulkan bhwa KERUSAKAN EKOLOGI MENJADI SALAH SATU INDIKATOR PENYEBAB KEMISKINAN DI SBD
Bagaimana pendapat Solusi dari teman2 di Grup ini  terkait masalah ini ??

                                                                                      Oleh : Lionel Perez

No comments:

Post a Comment