Oleh
: Lionel Perez
Mengkaji Korelasi Antara Kemiskinan dan Kerusakan Ekologi di SUMBA BARAT DAYA.
Mengkaji Korelasi Antara Kemiskinan dan Kerusakan Ekologi di SUMBA BARAT DAYA.
Cuaca
yang tdk beraturan lagi mneyebabkan terjadinya kemarau panjang, kekeringan dan
curah hujan tidak lagi menentu. Di dataran rendah sperti loura dan sebgian
dataran Kodi musim tanam yg sehrusnya dimulai dari bulan september dan dataran
tinggi(pegunungan) seperti wejewa dan jg sebagian wilayah kodi dimulai bulan
Juni, sekarang justru bergeser jauh kebulan dimana seharusnya para petani sudah
mulai bakar jagung mudah dan petik jagung tua. Loura dan sebagian wilaya kodi
menanam dibulan desember atau bhkan smpai akhir januari sedangkan Wejewa dan
sebgia wilayah kodi di bulan september. Kalaupun sudah tanam padi atau jagung ,
Akibat dari curah hujan yg tak lagi menentu itu petani yg suda tanam smpai
tanamanya uda tumbuh dan berbuah, kadang hujan ga turun lagi smpai beberapa
minggu bhkan smpai sebulan. Sehigga berdampak pada layau & matinya tanaman
dari para petani yang kemudian juga berdampak pada sangat minimnya hasil panaen
atau bhkan ga dapat hasil apa2.Hal ini jelas menimbulkan bencana kelaparan
dmana2 sehingga merambat pada mnculnya kasus pencurian dan perampokan.
Dari
kasus diatas mmemnculkan pertanyaannya2. Ada apa dengan alam???
Ini
salah siapa??? Lalu apa yg kita harus lakukan untuk mangatasi masalah ini??
Slama ini kita bnyak mmbicarakan
indikator pnyebaba kemisikinan di SBD dari sudut kasusu Pencurian, Judi, budaya
yang memiskinkan, dan lai sebagainya. semua Indikator dan solusi yg kita gali
untuk mengatasi maslah itu tidak salah namun pada kesmpatan ini saya ingin
mengajak sodara-sodri se SBD untuk melihat indikator penyebab kmsikinan dari
fakta lain yg tentunya erat kaitanya dengan fakta kemiskinan..
Sesuai dengan paparan saya di
awal mengenai mengenai cuaca yg tidak lagi
beraturan sprti kemarau panjang, curah hujan yg sangat rendah, kbencana
kekeringan yg tidak terelakkan, Saya berhipotesis bhwa kemiskinan di SBD
memiliki korelasi yg sngat erat dengan kerusakan ekologi (kerusakan
alam/hutan). Perusakan lingkungan alam menyebabkan
masyarakat semakin miskin karena rusaknya sumber daya potensial.
Benar
sekali yamg orang tua dulu bilang bhwa Hutan adalah LEDE URA ( bhsa wejewa; LEDE=jembatan,
URA=hujan). Artinya bhwa bhwa hutan dipercaya sebgai jembatan perantara
datangnya Hujan dan itu sejalan dengan konsep keilmuan ilmiah. Oleh karna itu
sangat dibutuhkan hutan yg lebat dan luas agar menjamin datangnya hujan.
Pertanyaan
selanjutnya adalah ”emang kita di SBD hutanya uda ga ada ya??, Tentunya
jawabanya sudah ada pada kita semua. Lihat aja daerah2 yg dulunya dipenuhi
hutan lebat sprti didaerah skitar
1. Wejewa (watu kanggoroka,Marokota,wasu kaka, wekombak),
2. Loura (Manga Aba, Karuni, hutan kasambi Jaka Baba),
3. Kodi (Roko Raka, daerah skitar Blagar)
Maaf saya hanya menyebutkan kwasan hutan yg dulunya
saya tau sebagai lokasi hutan lebat namun sekarang sudah mulai rusak dan
tergunduli. Saya ga tau ini terjadi apa krna tidak maksimalnya kinerja dinas
kehutanan dalam menjaga kawasan hutan lindung atau apa?? Namun terlepas dari
lemah atau tidaknya kinerja instansi terkait, kita sebagai masyrakat tentunya peran
strategis dalam mendukung kegiatan rehabilitasi hutan dan lahan.
Akhir
kata,,saya menyimpulkan bhwa KERUSAKAN
EKOLOGI MENJADI SALAH SATU INDIKATOR PENYEBAB KEMISKINAN DI SBD
Bagaimana
pendapat Solusi dari teman2 di Grup ini terkait masalah ini ??
Oleh
: Lionel Perez
No comments:
Post a Comment